5 Puisi Tema "Perpisahan" Yang Membuat Sedih Karya Sastrawan Indonesia


 
    Perpisahan menjadi hal yang tak bisa dihindari dalam kehidupan, seperti kata pepatah "Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan." Maka dari itu, kita perlu belajar untuk merelakannya. Berikut beberapa puisi dengan tema perpisahan yang membuat kita terbawa dengan suasananya.



1. Kawanku dan Aku - Chairil Anwar

Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan

Darahku mengental pekat
Aku tumpat pedat

Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga

Dia bertanya jam berapa?

Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti.


2. Selamat Tinggal - Chairil Anwar

Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan

Darahku mengental pekat
Aku tumpat pedat

Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga

Dia bertanya jam berapa?

Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti.


3. Sesuatu Yang Telah Pergi - A. Munandar

Mengira melangkah terlalu jauh
Memahami rencana takdir
Dan semakin engkau melangkah
Semakin tidak engkau mengerti.

Sesuatu yang telah pergi
Tidak bisa kembali.

Berteman kesombongan
Berbalut kepalsuan
Sudah...

Sesuatu yang kau gali
Tidak bisa kau kubur lagi.

Sesuatu yang kau ambil
Tidak bisa kau kembalikan lagi.


4. Gelisahku adalah gelisah purba

Adam yang harus pergi mengembara tanpa diberitahu
kapan akan kembali
Bukan sorga benar yang kusesali karena harus kutinggalkan
namun ngungunku mengapa kau tinggalkan
aku sendiri
Sesalku karena aku mengabaikan kasihmu yang agung
dan dalam kembaraku di mana kuperoleh lagi kasih
sepersejuta saja kasihmu
Jauh darimu semakin mendekatkanku kepadamu
cukup sekali, kekasih
Tak lagi,
tak lagi sejenak pun.
aku berpaling
biarlah gelisahku jadi dzikirku.


5. Yang Terampas dan Yang Putus - Chairil Anwar

Kelam dan angin lalu mempesiang diriku
Menggigir juga ruang di mana dia yang ku ingin
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di Karet, di Karet (daerahku yad) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
Dan aku bisa lagi menceritakan kisah baru padamu

Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa yang terjadi beku sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat mencekung punda

Sampai binasa segala
Belum apa-apa
Udara bertuba
Setan bertampik
Ini sepi terus ada
Dan menanti

Komentar

Postingan Populer