10 Puisi Tema "Sahabat" Karya Sastrawan Indonesia
Tanpa seorang teman atau sahabat, hidup kita tidak akan berwarna. Karena secara tidak sadar, peran mereka cukup besar di dalam hidup kita. Untuk menunjukkan kasih sayang terhadap sahabat, kita dapat mengungkapkannya melalui puisi-puisi karya penyair Indonesia. Berikut beberapa puisinya.
1. Kawanku dan Aku - Chairil Anwar
Kami sama pejalan larut…
Menembus kabut,
Hujan mengucur badan,
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.
Darahku mengental pekat… Aku tumpat pedat…
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja,
Karena dera mengelucak tenaga.
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali,
Hilang tenggelam segala makna,
Dan gerak tak punya arti.
2. Terlalu Sangat Berlalu - Arief Munandar
Pernah aku mengingat beberapa janji yang hilang tempatinya;
Kejamnya mimpi yang hilang laksananya.
Masa lalu itu, bukan pujian akan lunaknya hatiku.
Masa lalu itu, bukan kenangan yang seharusnya berlalu.
Yang hilang dengan perlahan, disita kehendak-kehendak waktu.
Tidak lagi ada seragam yang bisa aku kenakan, tidak lagi.
Terkadang aku berharap masa-masa itu akan selalu berjaya,
Masa itu akan selalu memeluk.
Namun waktu, bukan waktu namanya;
Jika ia tidak mampu menghimpit sejarah.
Tapi lalu, adakah yang mengerti?
Atau mungkin, hanya aku yang tidak pernah mengerti?
Waktu yang menjadikan subuh alasan pergantian malam;
Perpisahan sekolah alasan pergantian jalan.
Yang tersisa hanya malam-malam panjang, untuk si perenung;
Untuk manusia yang tidak ingin tersingkir.
Berontak, berharap waktu tidak pernah bekerja,
Buram, sepi, dan sulit dimengerti…
Waktu yang selalu mengajari kita, menghargai segala yang baru;
Segala yang datang secara tiba-tiba,
Segala yang tidak kita harapkan kehadirannya.
Lalu kemudian kita mulai menghargainya,
Lalu kemudian kita menetap di dalamnya,
Lalu kemudian semuanya, diambil kembali…
Waktu yang kasar…
Memaksa kita, untuk tidak terlalu menghargai pemberian.
Dan hanya…
Atau mungkin, hanya akulah yang kasar.
Hari-hari yang berlalu, waktu-waktu yang bergerak,
Meninggalkan siapapun yang menetap.
Terkadang aku berpikir,
Mengapa waktu tidak pernah membiarkan kita yang memilih?
Mengapa harus, selalu dia yang memilih?
Banyak kisah yang membisu di sana,
Membawa semua yang tertinggal,
Atau mungkin, hanya aku yang tertinggal?
Atau mungkin, hanya aku yang tidak pernah mengerti?
Dan lalu, semuanya berlalu…
Terlalu sangat berlalu…
3. Persahabtan - Kahlil Gibran
Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.
Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan gairah segar kehidupan.
4. Sahabat - Yukis Fajar Malindo
Betapa bahagianya memiliki sahabat
Bermain bersama-sama
Tertawa bahagia
Tak hanya bersama dalam duka
Dalam duka jug kami pun bersama
Saling menghibur dalam duka
Supaya duka menjadi bahagia
5. Surat Kecil Untuk Sahabat - Anggun Aulia Putri
Apakah dirimu ingat?
Tangisan yang kau keluarkan dari matamu
Tangan yang mengusap pipimu
Berdiri! Bangkit! Bangkit!
Jalan kecil kita akan lewati
Alangkah indahnya hidup jika bersama
Canda tawamu kurindukan
Bahagia, sedih, kita bersama!
Semua rintangan akan kita lewati bersama
Betapa aku merindukan hal itu
6. Aku Ingin Seorang Teman - Eka Budianta
Aku ingin seorang teman
Yang senyumnya bertahan
dalam gemuruh kota dan sunyi desa.
Aku ingin seorang teman
Yang tidak putus asa di musim kemarau
dan tidak sombong di musim hujan.
Aku ingin seorang teman
Yang nafasnya tetap teratur
dalam keributan dan keheningan.
Aku ingin seorang teman
Yang bisa memisahkan urusan pribadi
Dan kepentingan banyak orang.
Kalau boleh aku ingin memilih teman...
Yang tetap berpikir jernih di dalam keruhnya zaman
Yang sanggup mendengar pujian maupun ejekan
Yang tetap punya harapan pada saat orang lain ketakutan
Yang tetap bersih dan sehat pada saat semua jadi jorok dan sakit-sakitan.
Tapi aku tahu semua teman bisa pergi
Untuk sementara atau selamanya,
Seorang teman bisa berkelit,
Bisa jadi pikun atau pura-pura lupa.
Sementara aku sendiri juga bisa mati
Sebelum rumah persahabatan
Selesai kubangun untuknya.
Karena itu aku ingin seorang teman
Yang bersedia tinggal di hati kecilku
dan memberiku ruang di dalam hatinya.
7. Kawan - Toto Sudarto Bachtiar
Biasanya dia berjalan malam-malam
Menggigil karena angin terlalu tajam
Orang-orang memandangnya dengan membelalak
Tapi aku tidak
Apa yang tak memikatnya sampai ke hati
Lampu dan bintang-bintang menyala tinggi
Matanya sayu membelai semua yang berjalan
Perempuan-perempuan, anak-anak berkejaran
Kalau malam putus asa tambah menurun
langkahnya pun bertambah berat berembun
Kadang-kadang dia berhenti, melihat padaku
Kami sama-sama tersenyum pahit pilu
Aku tak perlu tahu dia siapa
Tapi kami pernah sama mencintai malam
Aku dan dia tak ada bedanya
Hidup keras indah menari depan mata.
8. Siap Sedia - Chairil Anwar
Tanganmu nanti tegang kaku,
Jantungmu nanti berdebar berhenti,
Tubuhmu nanti mengeras batu,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus memahat ini Tugu,
Matamu nanti kaca saja,
Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalir berhenti,
Tapi kami sederap mengganti,
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.
Suaramu nanti diam ditekan,
Namamu nanti terbang hilang,
Langkahmu nanti enggan ke depan,
Tapi kami sederap mengganti,
Bersatu maju, ke Kemenangan.
Darah kami panas selama,
Badan kami tertempa baja,
Jiwa kami gagah perkasa,
Kami akan mewarna di angkasa,
Kami pembawa ke Bahgia nyata.
Kawan, kawan
Menepis segar angin terasa
Lalu menderu menyapu awan
Terus menembus surya cahaya
Mamancar pencar ke penjuru segala
Riang menggelombang sawah dan hutan.
Segala menyala-nyala!
Segala menyala-nyala!
Kawan, kawan
Dan kita bangkit dengan kesedaran
Mencucuk menerang hingga belulang.
Kawan, kawan
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang!
9. Teman Lama - Joko Pinurbo
Ia muncul begitu saja di ambang pintu setelah lama
tidak bertemu. Matanya terkejut, kepalanya bergoyang
kena hantam dentang jam di dinding ruang tamu.
“Maafkan aku, kawan. Sekian tahun tak jumpa,
aku mampir ke rumahmu hanya untuk numpang
ke kamar mandi. Boleh, kan?”
Petang itu saya sedang melamun di halaman koran.
“Silahkan,” jawab saya singkat. Lalu ia meluncur cepat
ke kamar mandi. Entah apa yang ia perbuat.
Dari jauh berkali-kali saya mendengar ia mengumpat,
meneriakkan bangsat, jahanam, keparat.
Usai bergiat di kamar mandi, wajahnya dibalut misteri.
“Setelah menjadi bintang panggung yang sukses,
aku merasa ngeri dengan topeng culun di dinding
kamar mandimu. Wajahnya sinis, dan aku tersinggung:
kok tampang kami tampak makin akur saja.”
Bukankah dia sendiri yang dulu menghadiahkan
topeng itu kepada saya? Saya periksa si culun,
wajahnya tetap saja begitu: dingin, menggoda, pemalu.
Jangan-jangan tampang waktu memang bisa tampak
berbeda-beda, tergantung siapa yang melihatnya,
tergantung siapa yang dilihatnya.
10. Januari Untuk Tiga Sahabat - Swary Utami Dewi
Aku memanggilnya Denny JA
Ia mengaum serta kuat menggapai
Menancapkan kuku-kukunya di jagad politik lewat survei
Terpaan sayapnya menerabas sastra dan lahir puisi esai
Cuuuus ia menggawangi literasi dengan serius tapi santai
Bisnisnya pun tetap berjalan meski ada terpaan pandemi dan badai
Halimah pun menoleh dengan sumringah
Dengan anggun ia perlahan melangkah
Uraian sastranya mantap terukir sudah
Segera lahir Padmi, bagian dari rangkaian kata-kata indah
Maka, tak keliru seorang Halimah nampak sumringah
Karena karya-karyanya memang tak pernah patah
Lalu Jonminofri merangsek dengan sepedanya
Jika hidup sedang tak berpihak, baginya tak apa
Ia manusia merdeka mampu hidup penuh canda
Tidak ngaya, tetapi semangatnya bersahaja
Ada foto, ada sepeda, ada tawa
Ada buku, ada dosen, juga mahasiswa
Jon tak pernah sepi, meski kadang ia bisa merasa duka
Suka segera terbit saat kakinya mengayuh sepeda
Januari, ya Januari
Bagi tiga sahabat, ini bulan berarti
Saat mereka keluar dari rahim ibu, menjejak pertiwi negeri
Begitu rupa ciptaan-Nya menghasilkan tiga manusia yang penuh makna
Menjejak usia demi usia dengan cipta
Tanda syukur mereka atas anugerah Yang Kuasa
Maka harap kuucapkan
Agar Bang Denny tetap melahirkan ide-ide brilian
Agar Mbakku Halimah mampu terus menulis dan memberi hikmah
Agar Bang Jon selalu bisa menebar sapa dan canda
Selamat ulang tahun, Senior
Selamat ulang tahun, Sahabat
Nah, itu tadi beberapa puisi tema sahabat yang dapat kalian kirimkan ke sahabat terbaik kalian. Sampai jumpa di artikel berikutnya!
Komentar
Posting Komentar